Wednesday, November 13, 2013

Blend

November, 13th 2013

     I feel sorry to my bestfriends, my classmates, or my just-friends.

     Aku tidak pernah benar-benar bersikap ramah kepada teman-temanku, bahkan kepada sahabatku. Tidak jarang aku menganggap teman biasa hanya teman biasa saja, ataupun teman kelas selamanya hanya menjadi teman kelas saja, meskipun kami menjalani sepanjang tahun belajar dan berbagi bersama.

     I’m blending in. I did it well. Kinda.

     Tapi anggapan “kenalan ya kenalan” atau “teman kelas ya teman kelas” selalu ada dipikiranku. Bukan berarti aku tidak berniat berteman baik dengan mereka. Hanya saja aku terlalu canggung untuk berbaur dan menjadi akrab dengan mereka.

    Sedikit banyak aku merasa beruntung sekelas dengan sahabat-sahabatku yang cukup easy-going dan cerewet untuk menarik perhatian teman-teman kelas. Aku sedikit tertolong. Sahabatku bisa mengimbangi sikap kurang ramahku terhadap teman kelas, dan membuatku merasa cukup percaya diri untuk sedikit berbaur. Meskipun tidak pernah benar-benar berbaur dengan mereka.

     We study, be friends, and made jokes together. Tapi jika dalam suatu forum ada yang berperan pasif, maka itu adalah aku.  Blending in, dalam kamusku hanya sekedar bergabung dan mendengarkan cerita-cerita mereka. Tertawa jika ada yang lucu, tersentak jika ada yang mengagetkan, mencibir jika ada hal yang konyol, dan sedikit menyela dalam pembicaraan.

     Satu alasan mengapa aku tidak ingin begitu dekat dengan teman-teman selain sahabatku.

     Tidak pantas.

     Aku bukan anak yang pintar. Tapi rata-rata teman kelasku adalah siswa pintar. Kelas unggulan –katanya-. Jadi aku sering merasa tidak pantas sekelas dengan mereka. Selain pintar, tingkat percaya diri mereka juga tinggi. Fakta bahwa aku sekelas dengan para calon master membuatku tambah merasa kecil diantara mereka.

     Mereka semua terlalu baik untuk menjadi temanku.

     Aku selalu berangggapan bahwa mereka juga tidak ingin mempunyai teman sepertiku. Useless. Ditambah dengan sikapku yang seenaknya, masa bodoh, sedikit egois dan kurang ramah menjadi pelengkap alasan mengapa mereka tidak harus berteman denganku.

     Pertanyaan “Mengapa mereka begitu perhatian dan ingin berteman denganku?” tidak pernah menghilang dari benakku. It haunted me. Pertanyaan ini juga sempat tertujukan kepada sahabat-sahabatku.

    Ketika nanti kami semua lulus SMA (amin), mereka, dan aku hanya akan menjadi orang yang tidak saling mengenal. Istilahnya, aku mungkin menganggap mereka “a-used-to-be-my-classmate”, atau sebaliknya. Aku merasa sangat jahat beranggapan seperti ini. Tapi tidak menutup kemungkinan bahwa nanti hal itu benar adanya.

     Selamanya aku tidak akan pernah berhenti menyalahkan sikap tidak percaya diri dan tidak ramahku kepada orang lain.

     Aku meminta maaf kepada semua temanku yang harus melihat sikap burukku and pretend that it never happened. Tolonglah untuk merasa terbiasa. Aku juga sedang berusaha.

     Aku berharap bisa lulus dengan baik dan meninggalkan sekolah dalam keadaan baik pula. Rasanya aku ingin menghilangkan rasa canggung antara aku dan teman-temanku. Tapi rasanya sulit sekali. Bahkan setelah tiga tahun.

     Anyway, aku butuh 17 tahun untuk tidak merasa canggung dengan sahabat-sahabatku.

     …..

     Aku mungkin bukan teman yang baik, tapi aku sangat berterima kasih kepada mereka karena tidak menghindariku, dan tetap menjadi temanku selama beberapa tahun ini.

     Just,

     Thanks for being my friends.

     I mean it. I really am.




No comments

Post a Comment

© Let It Rain
Maira Gall