Makassar, September 1st 2013
Banyak orang
berkata bahwa “It’s hard to find your one true friend” . Benar. Tidak semua
teman-teman kita bisa menjadi teman sejati kita. Tidak semua dari mereka bisa
dipercaya. Tidak semua dari mereka nyaman untuk diajak bercerita. Beberapa
orang menjadi bingung dan saling menuduh ketika mereka merasa “teman sejati”
mereka bukan lagi teman sejati mereka. So they’re looking outside to find a new
one.
Ketika aku mendengar orang-orang berkata seperti ini, aku
merasa aku adalah salah satu orang yang paling beruntung di dunia.
Kenapa ?
Ketika aku berumur sekitar dua tahun, aku bermain dengan
“tetanggaku” dan bersenang-senang bersama, saling berkomunikasi sebagaimana
yang anak-anak lakukan. Terkadang mereka mengajakku bermain, terkadang mereka
hanya mengabaikan dan bermain tanpaku. Aku hanya tahu bahwa mereka adalah
tetangga-tetanggaku. Teman masa kecil.
Ketika kami berumur lima tahun, kami masuk di TK yang
berbeda. Tapi kami masih bermain bersama. Dan kala itu aku mengerti bahwa
mereka ternyata seumuran denganku. Kami lahir ditahun yang sama. Dan aku
berpikir, “Akhirnya aku menemukan teman seumuranku.”
Tahun berikutnya, kami masuk sekolah dasar. Dan kami semua
satu sekolah. Aku ingat sehari sebelum hari pertama sekolah, Ibu menunjukkanku
sekolah baruku dan berkata, “Ini sekolahmu. Keempat temanmu juga akan
bersekolah disini.” Dan aku mengangguk.
Time flies. Aku menghabiskan hari-hariku bersama mereka, dan
tak pernah bosan. Meskipun terkadang mereka mengabaikanku. Kala itu, sepulang
sekolah kami akan tidur sampai sore dan pada sore hari kami berkumpul dan
bermain bersama. Bermain, dalam hal ini kami memamerkan mainan masing-masing
dengan bangga dan saling mengejek karena kami berpikir, “Punyaku yang paling
bagus”. Kids and their thoughts.
Dan ketika aku berumur sepuluh tahun, aku bertanya pada
diriku. Apakah mereka sahabatku ? Kami terbiasa bersama, kami merasa nyaman
bersama, kami merayakan ultah bersama, kami menghabiskan masa kecil bersama,
dan kami tumbuh bersama-sama. Kami melewati masa pubertas bersama-sama, haha.
Semenjak SMP, kami jarang bertemu. Tapi ada kalanya kami
saling berkomunikasi dan berencana untuk bertemu. Bertemu, dalam hal ini bisa
jadi menonton bersama, shopping, atau hanya berkumpul untuk bergosip. Tipikal
anak remaja. Aku sadar kami telah
meninggalkan kebiasaan lama dan memulai kebiasaan baru bersama. Kebiasaan anak
remaja.
Dan ketika kami menginjak sekolah menengah atas, aku harus
benar-benar mengakui hal ini. Mereka adalah sahabatku. Mereka bukan lagi
sekedar “tetangga” atau “teman seumuran”. Mereka sahabat. Sahabat yang telah
tumbuh besar bersamaku. Sahabat yang menghabiskan 17 tahun hidupnya bersamaku.
Sebagian orang telah terbiasa dan iri dengan kebersamaan kami, dan sebagian
orang juga terlihat bosan melihat kebersamaan kami. Tapi aku tidak pernah bosan
bersama mereka, haha.
Dan kami akan tumbuh menjadi wanita dewasa, kuliah, bekerja,
menikah dan berkeluarga. Aku tidak sadar kami sudah terlalu sering membahas
tentang hal ini. Dan aku ingin menangis. Masa kecilku sudah berakhir, dan masa
remajaku akan segera berakhir. Setelah kelulusan aku akan berusaha sendiri
tanpa mereka. Kami punya tujuan hidup masing-masing, dan kami juga akan
menjalaninya masing-masing. I hate the word “masing-masing” T-T
Tapi tak apa.
Kami benar-benar
manghabiskan waktu seumur hidup bersama. Dan aku harap selamanya begitu. Aku
merasa beruntung karena telah menemukan sahabatku bahkan disaat sebelum aku
lahir. Aku beruntung karena mereka sudah berada disisiku semenjak masa kanakku.
And I’m so thankful for that :’)
My bestfriends since forever : Nunu, Ina, Dinar, and Meli
No comments
Post a Comment