Tuesday, March 15, 2016

Formal Post

March, 15h 2016
17:30



     Setelah sekian lama, saya akan mencoba untuk menulis dalam bahasa Indonesia lagi.  Surprisingly, terakhir kali saya menulis sesuatu dalam bahasa Indonesia di blog ini adalah dua tahun yang lalu (mungkin pengecualian untuk postingan cerpen Lonely Beaut). Jujur saja, saya memilih untuk 'berekspresi' lewat tulisan menggunakan bahasa Inggris adalah karena saya merasa lebih nyaman menggunakan bahasa lain selain bahasa ibu. Curhat menggunakan bahasa sehari-hari terkadang membuat saya cringed (saya tidak tahu bagaimana membahasakan cringe ke dalam bahasa Indonesia), istilahnya seperti kamu menonton film romance yang terlalu lebay dan itu membuatmu meringis dan mengerutkan kedua alismu. Ya, mungkin meringis adalah kata yang tepat.  

    Menggunakan saya, aku, atau gue juga sering menjadi pertimbangan yang agak berat buat saya ketika menulis. Menggunakan kata ganti saya membuat saya terdengar terlalu formal (bagian Cinta yang bunyinya 'Rangga yang kamu lakukan ke saya itu.. jahat' di trailer AADC 2 membuat saya memilih kata ganti saya kali ini). Menggunakan kata ganti aku terdengar terlalu menye, dan menggunakan kata ganti gue terdengar terlalu informal dan santai. Pada akhirnya, saya memilih kata ganti saya karena saya tidak mau terdengar menye maupun terlalu informal malam ini. 
    
     Dalam cerita-cerita pendek yang saya buat sendiri saya biasanya menggunakan kata ganti aku untuk karakter perempuan dan kata ganti gue untuk karakter laki-laki. Penulis Winna Efendi dalam novelnya yang berjudul Refrain menggunakan konteks seperti itu dan saya memutuskan bahwa saya menyukai konteks yang sama.

      Saya bukan orang Ibu Kota, saya tinggal di daerah Sulawesi. Saya tidak menggunakan bahasa dan logat Ibu Kota sebagai bahasa keseharian. Maka dari itu saya lebih berhati-hati dalam berkata-kata di media sosial (saya lebih sering menggunakan bahasa santai orang Jakarta), karena mungkin saja saya mengatakan sesuatu yang tidak dipahami orang kebanyakan atau saya salah mengartikan kata yang biasa dipakai orang Ibu Kota. Hal ini membuat saya seringkali enggan mengeluarkan pendapat yang lebih mendalam. Menggunakan bahasa baku mungkin lebih mudah, namun kenyataannya menggunakan bahasa baku akan lebih sulit apabila kita kekurangan kosakata. Dan itulah yang terjadi pada saya (satu alasan lagi mengapa saya lebih nyaman menggunakan bahasa Inggris).

    Seringkali saya harus mengandalkan Google atau KBBI untuk memastikan keraguan saya mengenai beberapa kosakata yang sering digunakan orang awam sebelum menulis caption atau meng-update status. Biasanya paling sering pakai Twitter search karena lebih umum (penggunanya banyak) dan lebih less formal. Untuk menulis seperti ini pun saya harus banyak-banyak berpikir keras untuk menemukan kata yang tepat untuk mengungkapkan apa yang ingin saya katakan (I think I've said this before). Sebelum mengeluarkan pendapat, saya juga sering mencari dulu apakah ada yang sebenarnya sependapat dengan saya dan apakah kata-kata yang akan saya publish ini sudah pantas untuk saya publikasikan.

      Saya sadar bahwa kaya akan kosakata itu penting. Apalagi untuk orang yang hobi nulis kayak saya. Membaca banyak novel tentu saja sangat membantu. Tetapi saya sedikit banyak kurang merasa tertarik lagi membaca novel semenjak saya mengenal fanfiction, and in english language. Sekarang saya membaca fanfic tiap hari seperti saya membaca novel tiap hari beberapa tahun yang lalu. Sehingga saya menjadi lebih nyaman membuat cerita dalam bahasa Inggris daripada bahasa Indonesia. Dan saya butuh cerita dalam bahasa Indonesia untuk di-publish setidaknya satu atau dua kali dalam setahun. Maka dari itu saya mulai membujuk diri saya lagi untuk mulai membaca novel lagi. Saya punya lima novel baru di rumah, dan PR saya adalah menyelesaikan membaca novel-novel tersebut.

     Life goal adalah setidaknya saya harus sampai pada pemikiran bahwa menulis dalam bahasa Indonesia itu tidak jauh lebih sulit dari menulis dalam bahasa Inggris. Dua-duanya harus imbang dan saya harus bisa merasa enjoy dalam mengerjakan tulisan saya tanpa ada rasa beban. Stuck dalam beberapa tahap mungkin wajar, tapi itu tidak harus membuat saya berhenti melanjutkan apa yang saya tulis. That Mindset 'Writing it in English seems easier' tidak harus dihilangkan, tapi tidak boleh mempengaruhi saya dalam berusaha untuk menulis dalam bahasa Indonesia.

No comments

Post a Comment

© Let It Rain
Maira Gall