Thursday, August 28, 2014

It Won't Last Forever

August, 28th 2014
12:12 PM



     Sekarang jam 12. Dan lihat apa yang kulakukan sekarang. Menulis. Ya, benar. Tapi bukan itu maksudnya. Jika jam segini orang-orang produktif sedang berada di sekolah atau di kampus atau di tempat kerja, maka aku adalah orang nonproduktif karena aku masih berada di rumah saat ini.

     Ah, kata 'nonproduktif' terdengar tidak bagus. Kesannya aku adalah seorang pengangguran. Well, emang lagi nganggur sih. Tapi aku bukan pengangguran!! Aku bukan orang nonproduktif!! Aku ambil kelas speaking dan aku harus les tiap malam, every fucking night. Aku punya kegiatan yang harus dikerjakan tiap malam, aku bukan pengangguran. Ini hanya masalah waktu sampai aku memulai masa kuliah sebagai mahasiswa baru. Oh yeah!

     I shouldn't be so sensitive about this thing tapi tutor kami selalu menanyakan hal yang sama dalam beberapa pertemuan seperti 'What do you do today?' 'How was your day?' 'What did you do from 7am until evening?' 'Tell your partner your activities today' dan demi Tuhan aku dongkol dibuatnya. Aku merasa malu karena harus menjawab semua pertanyaan ini dengan jawaban yang sama yang tentu saja, nonproduktif. 'I just stay home all day' 'I have no activities' 'I havent started school yet' 'I sleep all day' betapa semuanya adalah jawaban yang tidak bermutu. Dan semua jawaban itu keluar dari mulut seorang perempuan.

     Oh, harga diri.

     Dan fakta bahwa kegiatan menganggur ini telah mengubahku dari seorang morning person menjadi seorang kebo begitu membuatku sakit hati. Aku tidak merasa terusik lagi ketika Ibu sudah berteriak-teriak dan menyalakan lampu kamarku untuk membangunkanku. Biasanya setelah Ibu melakukan itu, aku tidak bisa tidur lagi. Tapi sekarang tempat tidur menjadi begitu sayang untuk ditinggalkan sebelum pukul 9 pagi. Jadi aku bangkit dan mematikan lampu kamarku, dan kembali tidur. I lost my morning person feeling, oh no. Comeback...

     Ditengah ke-tidak-sibukanku, aku benar-benar merasa kesepian. Aigu :( I have to say this again, I missed my friends so much. Jika kemarin-kemarin aku hanya merindukan sehabat-sahabatku, sekarang aku merasa rindu pada semua temanku. Semuanya. Hari ini aku ngecek following list-ku. Dan melihat DP mereka saja sudah hampir membuatku menangis. Uhm. Gak nangis juga tapi, I have this emo feeling. 'Omg aku kangen kamu' 'kamu juga, aku kangen' 'aigu teman-temanku, dimana kalian sekarang' 'kalian harus tau aku kangen' 'huhu jangan lupain aku' 'BOGOSHIPO CHINGUYA' 'TOMO-CHAN ㅠㅠㅠㅠ'
Kira-kira begitu.

     Ketemu teman baru gak bikin aku senang-senang amat. Meskipun ada yang bikin senang yang kayak, benar-benar senang (huehehe). Tapi ketemu teman les tiap hari bikin aku tambah merasakan feeling im-da-jobless-gurl. Teman les kan hampir semua anak kuliahan, satu anak SMA, beberapa udah kerja. Jadi tiap ditanya pertanyaan similiar, 'What did you do today?' bersahut-sahutanlah jawaban, 'I was in the campus' 'I was at school' 'I was working' and look at me answering, 'I was at home all day'. Anti-mainstream.

     Belum lagi yang di path

     Semoga semua ini cepat berakhir. Meskipun aku menikmati masa-masa istirahat seperti ini, tapi dengan dikelilingi orang-orang yang sedang bekerja keras aku benar-benar merasa tertinggal. Aku belum siap memulai hidup baru, tapi aku benar-benar penasaran dengan apa yang akan terjadi dihari pertamaku sebagai mahasiswa. I hope it'll be a good day to memorize. Aku tidak akan mau menderita selama masa kuliahku. Aku mau menikmatinya. Karena aku lihat teman-temanku juga begitu menikmati hari-hari mereka sebagai mahasiswa baru. So let's enjoy the brand new day. 

     Dan sekarang aku harus mencari makan karena aku benar-benar lapar sekarang. Sudah hampir jam satu. Ayo makan, salat, dan tidur kembali. Ayayay.

     끝.

Friday, August 08, 2014

Good Morning

August, 8th 2014
00:01


     Listening to The Canberries's Ode To My Family in your weakest moment and you will cry.
At least that's what happening to me right now. I don't know how I feel right now. There's too much. And it mixed. Makes me fluster.

     Minutes ago I was having fun spazzing over my oppas and it helped me to forgot my sadness a bit. But it doesnt happen too long. I was checking my bestfriends replies to my invitation to cinema tomorrow. They said they can't go tomorrow. They can't accompany me.  And it made my mood went down to the lowest level all of a sudden. Not that I could blame them for this. But all these feelings that mixed up makes me want me to be mad at everyone. I even shouted at mom when she asked me where's my brother went. I feel like shit.

     I was okay. Okay. At least that's what I think. But I know I just can't stop thinking of the 3rd failure that just happened to me even when I was having fun with my own world.
The fact that I'm the only one who failed in the selection made me feel worse. Everything messed up. It ended to a waste.

     And why the fuck no one reply my message. I need to talk to someone. I don't want to be comfort by anyone, but honestly I really do want. I can't bear the pain alone. I've through this so many times but today it's just, beyond my limit. I guess.

     I want to avoid everyone. Today, tomorrow, until I feel better. But who will keeping accompany me to run tomorrow? At this time I hate it I only have a few people who I feel comfortable with.

    And oh, look, he's online. Lmao, in such a midnight. Goodbye 첫사랑. I will never see you anymore.

Thursday, August 07, 2014

Berita Hari Ini

August, 7th 2014
08:02


     Tiga kali gagal. Maksudnya apa? Maksdunya apa kalau bukan takdir?

     Sepertinya memang takdir.

     Lihatlah apa yang dilakukan takdir kepadaku.

     Kejam.

     Semalam angin berhembus kencang. Aku mendengar rintik-rintik air diatap rumah. Dan aku berdoa semoga tidak turun hujan. Soalnya aku lagi sendirian di rumah. Dan sedang menonton Pacific Rim. Bukannya film itu seram, sih.

     Dan pagi ini mendung. Udara terlalu dingin. Made me shiver a bit. Lalu hujan turun dari langit. Rintik-rintik. Diikuti dengan berita 'duka' yang sudah familiar bagiku. Mendukung suasana banget gak, sih?!
Kalau situasinya berbeda pasti aku dengan senang hati menyambut hujan dipagi hari.

     Aku berusaha untuk tidak menangis. Tapi melihat Ibu yang berusaha menenenangkan hatiku sama sekali tidak membantu. Aku menangis. Gila. Rasanya sakit banget.

     Kecewa, tentu saja. Karena ini sudah yang ketiga kalinya dan aku masih gagal. Menyesal, karena aku kurang berdoa. Karena aku sadar aku masih kurang berusaha (dan masih berharap lebih). Dan mirisnya, Ayahkulah yang paling banyak berusaha membantuku masuk universitas. Dan usaha Ayah sia-sia. Aku minta maaf.

     Hujan bertambah deras. Tapi Alhamdulillah tangisku tidak bertambah deras. Instead of crying, pikiranku lebih kosong saat ini. Aku tidak bisa berpikir apa-apa sekarang. Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Apa aku harus mandi dulu? Atau makan dulu?
Biasanya tiap bangun pagi, Ibu akan segera menyuruhku menyapu lantai. Tapi pagi ini tugas itu diambil alih oleh Ibu sendiri. Sepertinya Ibu mengerti suasana hatiku saat ini. Dia memang mengerti. Atau tidak, dia kan tidak gagal seleksi masuk universitas.

     Ayah juga tak mengerti. Ia kelihatan bahagia waktu melihat pengumuman itu, dan gak mau ambil pusing lagi. Aku tahu Ayah tidak sepenuh hati membantuku. But anyway, thanks daddy. Your workhard for me means a lot! At least it was making me feel safe and relief.

     Hal positif dari berita ini, aku tiba-tiba pengen nulis lagi.  Mungkin efek jobless seketika. Aku jadi nyari-nyari majalah W dan lihat persyaratan mengiriman cerpen, hihi.

     Jadinya nulis beneran, hehe.


    Semoga kali ini ceritanya punya ending -_-

   And I hope with this failure I could manage myself to be a better person. Amin.
    
© Let It Rain
Maira Gall